Sebuah iklan produk rohani menarik perhatian saya. Iklan itu diawali dengan kalimat “Ayat paling menyentuh hati di Alkitab”, yang terlintas di benak saya adalah Yohanes 3:16, Roma 5:8, atau ayat-ayat semacamnya yang berbicara tentang kasih dan pengorbanan Kristus. Namun ternyata yang dimaksud adalah Filipi 1:3 “Aku mengucap syukur kepada Allahku setiap kali aku mengingat kamu.” Ayat ini adalah bagian dari surat Paulus bagi jemaat Filipi yang kehidupan rohaninya bertumbuh dengan baik. Paulus juga mendoakan agar mereka memiliki pengetahuan yang benar akan kebenaran Tuhan dan hidup memuliakan-Nya.
Rasa syukur dan sukacita Paulus atas jemaat Filipi membuat saya merenungkan kembali arti orang-orang yang terkasih bagi saya. Adakah orang yang benar-benar saya syukuri keberadaannya setiap waktu? Baik ketika saya bersama atau tanpanya. Jika ada, apakah setiap kenangan yang saya ingat atas dia adalah kenangan yang benar-benar saya syukuri?. Mari kita mencoba menjawabnya dengan mengingat keluarga kita masing-masing. Bagi sebagian orang, keluarga adalah seperti gambaran surga yang sangat berharga dan membuatnya bahagia. Keluarga menjadi yang paling dirindukan, sebagai tempat untuk pulang. Meski demikian, tidak bisa dipungkiri bahwa ada saatnya kesabaran seorang ayah diuji dengan omelan istrinya, kesabaran seorang ibu diuji dengan tingkah anaknya, dan kesabaran seorang anak diuji mungkin saat mendengar atau melihat pertengkaran orang tuanya. Rumah yang hangat menjadi panas; dan yang dulu kita sayang menjadi yang tidak kita sukai. Tanpa disadari, sesungguhnya kita dan mereka seperti sendi yang semakin dekat jaraknya, semakin kuat gesekannya.
Hal yang sama juga berlaku dalam relasi kita dengan tetangga, masyarakat, rekan-rekan kerja, saudara-saudara seiman, dan setiap orang yang ada di sekitar kita. Dibutuhkan pelumas untuk menjaga agar gesekan-gesekan itu tidak melukai hati, apalagi sampai merusak relasi. Dan menurut saya, pelumas terbaik adalah kasih Kristus. Kasih Kristus mengandung pengampunan, kesabaran, kerelaan untuk berkorban, ketulusan, kesetiaan, serta kekuatan yang dibutuhkan untuk bertahan. Termasuk bagi sebagian orang lainnya yang - karena satu dan lain hal - merasa keluarga adalah beban. Kasih Kristus akan memampukan kita untuk tetap mengasihi, mensyukuri dan menjadi berkat bagi keluarga kita. Ketika kita mengutamakan Tuhan dalam setiap relasi kita, Tuhan akan membuka jalan bagi setiap pergumulan kita dan memampukan kita untuk melalui semuanya dengan baik.
Bagaimana dengan kenangan? Sebagai manusia, kemampuan kita untuk mengingat sangat terbatas. Mudah mengingat wajah tapi sulit mengingat nama, atau sebaliknya. Kita cenderung mengingat yang kita anggap penting atau berkesan bagi kita. Misalnya, lebih mudah mengingat pengalaman seru di tahun kemarin ketimbang mengingat menu makan siang kita minggu lalu. Pada tahap tertentu, kita bahkan tidak mengingat peristiwanya, tapi kita mengingat rasa yang ditimbulkan saat peristiwa itu terjadi. Kita bisa memendam kemarahan selama bertahun-tahun pada orang lain, tapi mungkin kita tidak bisa benar-benar mengingat dengan jelas apa dan sejak kapan kita mulai merasakannya. Atau ketakutan yang tidak biasa terhadap sesuatu yang biasa, kadang masih sulit dijelaskan bagaimana awalnya kita takut dengannya. Belum lagi ketika emosi mempengaruhi ingatan dan sikap kita pada orang lain. Saat kita marah, kita hanya mengingat hal-hal buruk tentangnya. Saat kita senang, kita hanya mengingat hal-hal baik darinya. Yang menyedihkan adalah ketika kita kehilangan orang itu, semua kenangan baik akan membuat dia menjadi sangat berharga, dan kenangan buruk akan membuat kita menjadi sangat menyesal. Maka sebaiknya kita menciptakan kenangan-kenangan yang indah bersama orang-orang terkasih, selama Tuhan masih memberi kita waktu dan kesempatan untuk bersama.
Kembali pada iklan produk rohani tadi, si penjual menawarkan kalung salib yang bisa diukir tulisan Filipi 1:3, untuk diberikan sebagai hadiah bagi orang yang terkasih. Jika ada di antara kita yang tertarik dengan ide seperti itu, silakan mencoba. Bagi saya, versi yang paling menyentuh hati saya adalah menghidupi ayat itu. Melalui sikap dan tindakan saya terhadap orang-orang yang saya kasihi, kiranya terukir dalam hati mereka bahwa saya benar-benar bersyukur pada Tuhan atas kehadiran mereka dalam hidup saya.
Selamat bersyukur.
Recommendation View All
Painter of the Sky
Sebuah puisi oleh Yuliyanto Chandra, S.S., M.S. (VITA Elementary) yang mendapatkan inspirasi untuk menulis puisi ini setelah merefleksikan kembali kehidupannya di masa pandemi. Ilustrasi gambar: Najoud Da (Pixabay)
Read MoreVITA School Anthem - Brave To Be
This is the official anthem of our school, Brave to Be. This anthem is a creative collaboration involving VITA Elementary, Junior High and Senior High students, teachers, staff, leaders, and alumni, created to share the message of courage, hope, and purpose. Be encouraged today that there is, indeed, a future and your hope will never be cut off!
Read MoreStay Updated
Get all the updates and latest news in one place.